Minggu, 30 Desember 2012

Matematika Discrite BAB II KOMBINATORIK

 

2.1. PERMUTASI DAN KOMBINASI

Author By : Dra. D. L. CRISPINA PARDEDE, DEA

Sebuah permutasi dari sebuah himpunan obyek-obyek berbeda adalah penyusunan berurutan dari obyek-obyek tersebut.
Contoh 2.1.
Misalkan S = {1, 2, 3}. Susunan  3 1 2 adalah sebuah permutasi dari S. Susunan   3 2   adalah sebuah  permutasi-2  (2-permutation)  dari S
Banyak  permutasi-r  dari himpunan dengan n obyek berbeda dinyatakan sebagai P(n,r) dimana
P(n,r) = n . (n - 1) . (n - 2) . (n - 3) . ... . (n – r + 1).
Jika  r  =  n , maka
P(n,n) = n . (n - 1) . (n - 2) . (n - 3) . ... . (n – n + 1).
= n . (n - 1) . (n - 2) . (n - 3) . ... . 1
= n !
atau ditulis           Pn = n !
Contoh 2.2.
P(8,3)      =   8. 7. 6   =   336
Rumus umum     :    n . (n-1) . (n-2)  =

Minggu, 23 Desember 2012

Matematika Diskrit_BAB I STRUKTUR ALJABAR (Ring, Fild)


1.4. SISTEM ALJABAR DUA OPERASI

            Sebuah sistem aljabar dengan dua operasi (S, +, *) dibentuk oleh sebuah himpunan, sebuah operasi aditif ‘+’ dan sebuah operasi multiplikatif ‘*’. Sistem aljabar dengan dua operasi yang akan dibahas di sini adalah ring dan field.

1.4.1. RING

             Sebuah sistem aljabar (S,+,*) adalah sebuah ring jika sifat-sifat berikut dipenuhi :
  1. (S, +) merupakan group abel.
  2. Himpunan S tertutup terhadap operasi *.
  3. Operasi * bersifat asosiatif, untuk setiap  x, y, z Î S  berlaku  (x * y ) * z = x * ( y * z).
  4. Untuk setiap  x, y, z Î S  berlaku hukum distributif kiri  x *( y + z) = (x * y) + (x * z) dan hukum distributif kanan (y + z) * x = (y * x) + (z * x).
Contoh 1.18.
Sistem aljabar (Z,+,x) merupakan sebuah ring.
Jika kedua operasi biner pada ring (S,+,*) bersifat komutatif, maka ring tersebut merupakan ring komutatif.

Minggu, 16 Desember 2012

Matematika Diskrit_BAB I STRUKTUR ALJABAR(operasi biner, sifat o.b,)

 

Matematika Diskrit

BAB I STRUKTUR ALJABAR

Disusun Oleh :
Dra. D. L. CRISPINA PARDEDE, DEA.

1.1. OPERASI BINER

Operasi biner pada himpunan tidak kosong S adalah pemetaan dari S x S kepada S. Notasi yang digunakan untuk menyatakan operasi biner adalah +, x, *, · , Å(arti lambang sama dengan, + didalam lingkaran) , Ä(arti lambang sama dengan, x di dalam lingkaran) , dan sebagainya. Hasil dari sebuah operasi, misalnya Ä , pada elemen a dan b akan ditulis sebagai a Ä b.
Contoh 1.1.
Operasi berikut adalah beberapa contoh operasi biner :
-. Operasi pembagian pada bilangan riil.
-. Warna rambut anak yang ditentukan oleh warna rambut orang tuanya.
-. Operasi biner Å yang didefinisikan sebagai   a Å b = a + b – 2ab.

1.2. SIFAT OPERASI BINER

Sifat-sifat yang dimiliki oleh sebuah sistem aljabar nantinya ditentukan oleh sifat-sifat yang dimiliki oleh setiap operasi di dalam sistem aljabar tersebut. Berikut akan diuraikan sifat-sifat yang dapat dimiliki oleh sebuah operasi biner.
Misalkan  *  dan  Å  adalah operasi biner.  Operasi * dikatakan :
  • KOMUTATIF ,        jika  a * b = b * a, untuk setiap   a, b.
  • ASOSIATIF,           jika  (a * b) * c  = a * (b * c), untuk setiap   a, b, c.
  • Mempunyai :
    • IDENTITAS, jika terdapat  e  sedemikian hingga a * e = e * a = a, untuk setiap a.
    • IDENTITAS KIRI, jika terdapat e1 sedemikian hingga e1 * a = a, untuk setiap a.
    • IDENTITAS KANAN, jika terdapat e2 sedemikian hingga a * e2 = a, untuk setiap a.
    • Mempunyai sifat INVERS, jika untuk setiap  a  terdapat  a-1  sedemikian hingga      a * a-1 = a-1 * a = e, dimana  e adalah elemen identitas untuk operasi  *. a-1 disebut invers dari elemen  a.
  • DISTRIBUTIF terhadap operasi  Å , jika untuk setiap a, b, c  berlaku  a * (b Å c ) = ( a * b) Å (a * c)  dan  (b Å c ) * a = ( b * a) Å (c * a).

Minggu, 09 Desember 2012

Matematika Diskrit_BAB I STRUKTUR ALJABAR (subgroup siklik, normal)


1.3.5. SUBGROUP SIKLIK

            Misalkan (G,*) sebuah group dengan elemen identitas e Î G. Jika a Î G, maka subgroup siklik yang dibangun oleh  a  adalah himpunan
                                           gp(a)   = { ... , a-2 , a-1 , a0 , a1 , a2 , ... }
                                                      = { an | n Î Z }.
Dimana a0 = e. Dalam hal ini berlaku pula hukum eksponen, am * an = am+n untuk m,nÎZ. Sebagai contoh,  a4 * a2 = a6 ,  a1 * a1 = a2 .
            Untuk  n Ï Z+ , an dapat dicari dengan mengingat bahwa a0 = e dan hukum eksponen a0 = a1 * a-1.  Berdasarkan kedua hal tersebut, maka  a-1 adalah  invers dari  a  untuk operasi * dan  a-2 , a-3 dan seterusnya dapat dicari.
Order dari subgroup siklik gp(a) = { an | n Î Z } adalah integer positif  m  terkecil sedemikian hingga  am = e.
Contoh 1.13.
Perhatikan group (Z4, Å) dari contoh 1.12. di atas. Elemen identitas pada group tersebut adalah 0. Subgroup siklik yang dibangun oleh  2 Î Z4 adalah gp(2) = { 2n | n Î Z } = {0, 2}.  Order dari gp(2) tersebut adalah 2.
            Jika terdapat  x Î G sedemikian hingga  gp(x) = G, maka group G disebut group siklik dan  elemen  x  tersebut dinamakan generator dari G.
Contoh 1.14.
Perhatikan group (Z4,Å) dari contoh 1.12. Subgroup siklik yang dibangun oleh  1 Î Z4 adalah gp(1) = { 1n | n Î Z } = {0, 1, 2, 3}. Oleh karena gp(1) = Z4, maka (Z4,Å) merupakan group siklik dan 1 merupakan generator.

Minggu, 02 Desember 2012

Matematika Diskrit_BAB I STRUKTUR ALJABAR (semi group, monoid, group)


1.3. SISTEM ALJABAR SATU OPERASI

            Sistem aljabar satu operasi  (S,*) dibentuk oleh sebuah himpunan dan sebuah operasi yang didefinisikan terhadapnya. Berdasarkan sifat-sifat yang dimiliki, sistem aljabar satu operasi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis seperti yang akan diuraikan berikut ini.

1.3.1. SEMIGROUP

            Sistem aljabar  (S, *) merupakan semigroup, jika
  1. Himpunan S tertutup di bawah operasi *.
  2. Operasi * bersifat asosiatif.
Contoh 1.5.
(Z,+) merupakan sebuah semigroup Jika operasi biner pada semigroup (S,*) tersebut bersifat komutatif, maka semigroup (S,*) disebut juga semigroup abel.
Contoh 1.6.
(Z,+) merupakan sebuah semigroup abel

1.3.2. MONOID

            Sistem aljabar  (S, *) merupakan monoid, jika